• Retorika Online

    Foto bersama peserta press education LSP Retorika yang pertama

  • Retorika Online

    Penyerahan Sertifikat dari pimpinan umum, Taufik Hadi Gunawan LSP Retorika periode 2010 kepada moderator M.Nurhusna

  • Retorika Online

    Saat Hunting bersama LSP Retorika di puncak Bogor

  • Retorika Online

    Penyerahan sertifikat dari pimpinan redaksi retorika, Anton surahmat kepada peserta press education

  • Retorika Online

    Vini bersama peserta saat praktek lapangan

  • Retorika Online

    Pelantikan Pengurus Periode 2011-2012. Dengan Pimpinan Umum Suhayadana

  • Retorika Online

    Gedung B Universitas Djuanda Bogor

  • Retorika Online

    Saat Menelusuri Kebun Teh Di Kawasan Puncak Bogor

  • Retorika Online

    Gebyar 24 Seni Budaya Minim Pengunjung

BIOGRAFI PENGUSAHA SUKSES

0 komentar

Sukyatno Nugroho   (Pengusaha Sukses Es teller 77)
“Kalau kamu datang sekali enggak bisa, datangi seribu kali. Kalau itu saja kamu enggak bisa, berarti kamu goblok”

Anak yang bodoh di sekolah belum tentu tidak sukses dalam hidupnya di kemudian hari. Sekolah saya enggak pintar, bahkan enggak suka sekolah, kenang Presiden Direktur Es Teler 77 tentang masa kecilnya. Dua kali tidak naik kelas, dan yang naik pun berada di rangking 40-an di antara 50 siswa. Karena itulah SMA-nya cuma tiga bulan.

Akhirnya kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, ini dikirim ayahnya, Hoo Ie Kheng, ke Jakarta, kepada pamannya. Ke Ibu Kota dengan harapan melanjutkan sekolah, tapi apa kata sang paman?, Enggak usah sekolah, nanti saya latih dagang saja, ujar Sukyatno menirukan ucapan pamannya. Beberapa tahun kemudian, Sukyatno sukses dengan Es Teler 77 yang juga memiliki cabang di Malaysia, Singapura, Australia, dengan total pekerja tiga ribu orang. Dan penyandang gelar doktor honoris causa ini malah berceramah di banyak universitas tentang bisnis franchise.

Awalnya, pria yang dulu bernama Hoo Tjioe Kiat ini menjadi penjaja (salesman) macam-macam barang: kancing baju, sisir, barang elektronik. Setiap hari dari Pasar Pagi, Jakarta Barat, ia naik oplet atau sepeda ke Jatinegara dan Jalan Sudirman, keduanya di Jakarta Pusat yang dulu banyak dipenuhi toko besi, lalu ke Tanjungpriok, Jakarta Barat. Tidak mau mengaku di mana tempat berjualannya, ia pernah dicurigai menjual barang-barang curian.

Saya sempat putus asa, kata Sukyatno. Pamannya memberi pelajaran: Kalau kamu datang sekali enggak bisa, datangi seribu kali. Kalau itu saja kamu enggak bisa, berarti kamu goblok.

Sambil tetap berjualan barang, Sukyatno juga mencoba jadi tengkulak jual-beli tanah dan agen pengurusan surat izin mengemudi. Sampai pada suatu ketika (1978), ia menjadi pemborong, membangun rumah dinas pesanan sebuah departemen. Ketika bangunannya hampir jadi, saya mau dikeroyok orang kampung. Ternyata itu tanah sengketa, tuturnya. Akibatnya, ia terpuruk utang, sampai untuk bayar uang sekolah anaknya saja ia tidak mampu.

Ternyata Sukyatno mampu bangkit. Setelah membuka salon, ia membuat usaha es teler, terinspirasi mertuanya yang menang lomba membuat es teler. Namanya Es Teler 77 Juara Indonesia, pertama kali dibuka pada 7 Juli 1982. Selain mudah diingat, 77 adalah angka keberuntungan, katanya. Dari tenda-tenda di emperan pertokoan, ia pindah ke Jalan Lombok I dan Jalan Pembangunan, keduanya di Jakarta Pusat, karena digusur. Di dua tempat ini masih berkonsep kaki lima juga.

Lalu, bermodal nekat, pada 1987 ia pun membuka franchise di Solo dan Semarang, Jawa Tengah, sampai sekitar seratus buah. Ia akhirnya mulai masuk plaza, 1994. Selain es teler, ia juga berjualan mie tektek dan ikan bakar.

Walau sudah sukses, Sukyatno tetap merasa rakyat kecil. Menurut dia, itu karena ia terbiasa hidup sengsara sejak kecil. Pada usia enam tahun sudah ditinggal ibunya, Lee Kien Nio, yang meninggal. Sampai sekarang saya masih senang makan di kaki lima, pakai pakaian biasa-biasa, katanya.

Berkeinginan keras dan tekun, pantang menyerah, dan fokus menekuni satu bidang usaha merupakan kiat sukses Sukyatno.

Menikah dengan Yenny Setia Widjaja, yang saat itu juga berjualan (1970). Hasil pernikahannya dengan Yenni, Sukyatno dikaruniai tiga orang anak. Ia sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya, yang semuanya disekolahkan ke luar negeri. Ia juga mendidik mereka agar punya kepedulian sosial. #net

TANAMAN TANDUK RUSA OLEH-OLEH FAVORIT KHAS WISATA PUNCAK Tak hanya jadi hiasan tapi juga jadi obat

0 komentar

Laporan: Taufik hadi Gunawan
Rasanya seperti ada yang kurang jika pulang dari kawasan puncak tak membeli oleh-oleh favorit khas puncak yang banyak dijual disekitar kawasan tersebut. Salah satunya tanaman hias yang berdaun hijau panjang mirip lidah terurai panjang bercabang-bercabang kebawah, tanaman seperti ini disebut dengan nama tanduk rusa (Paltycerium Coronarium).

Jenis tanaman menyerupai tanduk binatang rusa terbalik ini banyak terlihat berjejer disekitar kawasan puncak yang dijual sebagai oleh-oleh khas puncak. Bentuknya yang unik menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk membawanya pulang. Tumbuhan ini banyak ditemukan dan dipelihara sebagai tanaman hias karena pesona juntaian daunnya yang indah. Tanduk rusa merupakan tanaman yang hidupnya menempel kuat pada benda atau pohon lain tetapi tidak merugikan tumbuhan yang menjadi inangnya.

Harganya cukup berpariasi, untuk membelinya tergantung jumlah mata yang tertera pada tanam hias tanduk rusa tersebut. Satu matanya, tanduk rusa dibandrol seharga tujuh puluh ribu rupiah. Dalam satu tanaman bisa terdapat satu atau dua buah mata menghiasi tanduk rusa. Jadi, bila dalam satu tanaman tanduk rusa ada dua mata, harganya bisa mencapai seratus empat uluh ribu rupiah.

Ada dua jenis tanaman tanduk rusa yang dijual, yaitu jenis lokal dan impor. Tanduk rusa lokal yang dijual di puncak didatangkan dari cianjur sedangkan yang dari luar negeri diimpor dari Korea. Walaupun diimpor dari Korea, harga jual tanduk rusa masih relative sama. Di Indonesia sendiri, tanaman tersebut banyak diambil dari hutan.

Dirumah, tanaman tersebut bisa ditanam dengan cara diikat pakai tali secukupnya pada pohon (ditempel ;red) atau benda lain di halaman rumah. Perawatannya pun sangat mudah dan sederhana. menurut Indra, sang penjual tanaman hias, perawatan tanduk rusa cukup disiram pakai air beras dan ditanam ditempat yang bersuhu panas namun tidak terkena sinar matahri langsung agar tetap terlihat bagus. Jika ditanam ditempat yang bersuhu dingin, tanduk rusa akan terlihat kehitam-hitaman.

Pada dasarnya tanduk rusa merupakan tumbuhan tegak yang menempel pada inang dengan pokok penumpu berupa akar dan rimpang batang membentuk bungkah kool berwarna coklat dan jutaian helaian daun berwarna hijau. Tanduk rusa menyukai tempat yang tidak langsung memperoleh sinar matahari. Pengembangbiakannya dilakukan dengan spora atau dengan memindahkan akar rimpangnya.

Tak hanya dijadikan tanaman hias. Ternyata tanduk rusa atau dalam istilah sundanya disebut paku uncal, ternyata menyimpan banyak mafaat bagi kesehatan tubuh untuk dijadikan obat-obatan. Diantaranya dapat mengobatai Demam, Radang rahim luar, Haid tidak teratur, Bisul, dan juga Abses. #

TELAGA WARNA OBJEK WISATA DENGAN SEJUTA KESEGARAN ALAMI Pilihan alternative untuk menghilangkan stres

0 komentar

Laporan: Taufik Hadi Gunawan
Banyak cara untuk menghilangkan kepenatan ditengah-tengah kesibukan beraktifitas, salah satunya bisa dengan mengunjungi objek wisata yang jauh dari hingar bingar dan suara gemuruh kendaraan. Mungkin salahsatu objek wisata di kawasan puncak bisa dijadikan pilihan alternative untuk merefres isi kepala anda yang tengah penuh dengan segudang kegiatan rutinitas.

Telaga Warna. Ya, itu dia salah satu objek wisata di kawasan puncak yang nuansa alamnya sangat terasa natural, udara sejuk di pinggiran hutan dan kebun teh, bisa membuat pengunjung nyaman menghabiskan waktu liburnya. Pohon-pohon menjulang tinggi menghiasi serta mengelilingi danau turut membuat kawasan ini terlihat begitu alami dan segar, apalagi dengan hadirnya kera-kera jinak disekelilingnya menambah suasana seperti di tengah-tengah hutan.

walaupun nampak seperti ditengah hutan, namun ditempat ini  banyak wahana permainan yang bisa dicoba untuk menguji adrenalin. Anda bisa mencoba naik flying fox atau wahana permainan lainnya dari atas pohon melewati danau yang airnya terlihat berwarna hijau. Tak hanya itu, anda juga bisa bersantai ditengah-tengah danau dengan menyewa perahu sampan yang disediakan pengelola.

Sangat mudah untuk menjangkau kawasan tersebut, hanya dengan ongkos mobil tujuh ribu rupiah dari Ciawi Bogor, atau sekitar tiga puluh menit dari Ciawi, anda sudah bisa sampai ditempat tujuan. Lokasinya tidak jauh dari mesjid  Att-Aawun puncak, masuk jalan kecil dan sedikti berbelok-belok namun masih bisa masuk motor, andapun sudah bisa masuk objek wisata telaga warna. Untuk tiket masuknya cukup merogoh kocek sebesar dua ribu rupiah per orang. Hmm, tarif yang murah tapi tidak membuat anda boring bukan?. #

 
Retorika Online © 2011 | Designed by Retorika Online, in collaboration with Unida Online, Email LSP Retorika and Marketing Iklan