SANTUNAN ANAK YATIM AWALI DISKUSI ANTI ROKOK

Unida, Desember 2009

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan

hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan

tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah : 261)


Sepuluh muharam merupakan lebaran anak yatim, salah satu amalan yang bisa dilakukan yaitu mengusap kepala anak yatim. Dalam rangka memperingati sepuluh muharam tersebut Ukm-Pramuka dan BEM Unida membagikan santunan kepada para anak yatim, santunan diadakan di Aula Universitas Djuanda pada hari sabtu (26/12/2009).


Jumlah anak yatim yang disantuni sebanyak 25 orang, santunan dibagikan langsung oleh Devia dan Iwan sebagai donatur dari Bogor Political Club. Dananya selain diperoleh dari donatur Bogor Political Club juga diperoleh dari sumbangan BEM Unida serta para mahasiswa.


Diskusi anti rokok

Pada rangkaian acara, diawali dengan kegiatan santuna kepada para anak yatim, ukm-pramuka dan bem unida juga adakan diskusi anti rokok.


Banyaknya para pelajar dengan usia remaja yang merokok dengan seenakanya ditempat umum tanpa memperhatikan betapa susah payahnya orang tua mencari uang untuk dirinya (red; pelajar). Berawal dari hal-hal yang sangat miris seperti ini ukm-pramuka mengadakan diskusi anti rokok.


Rokok adalah bahan berbahaya bagi kesehatan, karena asap roko mengandung 4000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar dan CO. Nikotin menyebabkan ketagihan dan penyakit jantung, tar menyebabkan kanker, dan CO menyebabkan gangguan fungsi jaringan.


Merokok membahayakan kesehatan diri sendiri dan kesehatan orang lain. Data WHO 2004, ditahun 2002 lebih dari 750.000 orang Indonesia meninggal akibat penyakit yang timbul karena rokok, seperti penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru dan lain lain. Stroke kini menjadi kematian terbesar di Indonesia.


Bagaimana dengan belanja rokok di kota Bogor ?, hasil Susenas pada tahun 2006 pada Belanja Rumah Tangga perbulan untuk kelompok 20% termiskin ternyata didapatkan hal-hal yang memperihatinkan, yaitu untuk belanja rokok/alkohol melebihi belanja pendidikan dan kesehatan: belanja rokok/alkohol sebesar 6,9% sedangkan belanja pendidikan 6,4% dan kesehatan hanya 2%.


Akibat belanja rokok yang lebih besar, keperluan akan pendidikan dan kesehatan terabaikan sehingga pendidikan rendah dan terjadi gizi buruk. Kebanyakan perokok melakukan aktivitas merokok di dalam rumah/ruangan ketika sedang bersama keluarga sehingga anak dan istri terkena asap rokok atau menjadi perokok pasif.


Tidak ada resiko rendah bagi orang yang terpapar asap rokok. Bahkan paparan dalam waktu yang singkat dapat menjadi berbahaya bagi kesehatan. Paparan asap rokok adalah sumber polusi yang dapat menyebabkan penyakit serius bagi orang dewasa maupun anak-anak.


Diskusi anti rokok ini juga merupakan langkah awal untuk membentuk komunitas pemuda anti rokok. “diskusi ini merupaka awal yang kita (red;ukm-pramuka dan bem unid), karena kita mau merintis sebuah komunitas pemuda anti rokok” ungkap ketua ukm-pramuka unida Syafridhan Fikri Lubis kepada Pers Mahasiswa.


Diskusi yang bertemakan dampak rokok terhadap masyarakat dan lingkungan ini, selain di hadiri oleh para anak yatim juga di hadiri para mahasiswa dan pelajar dari tingkat SLTP sampai SLTA. Acara yang diadakan dengan persiapan yang hanya beberapa hari ini berjalan sukses, pada setiap hari-hari besar Ukm-Pramuka akan berusaha untuk mengadakan kegiatan,-kegitan walupun kecil. *Taufik Hadi Gunawan-lsp unida.

0 komentar:

 
Retorika Online © 2011 | Designed by Retorika Online, in collaboration with Unida Online, Email LSP Retorika and Marketing Iklan