Oleh: Anton Surahmat
Bogor - Kemampuan financial suatu universitas terkadang memaksa lembaga tersebut membebankan tambahan biaya pendidikan seperti sarana dan prasarana pada mahasiswa. Hal tersebut tentu memberatkan mahasiswa, terutama yang berasal dari keluarga tidak mampu. Demikian, universitas perlu mendapatkan sumber pendanaan lain tidak melulu dari SPP mahasiswa.
Oleh karena itu, Universitas Djuanda Bogor bekerjasama dengan BNI Syariah menyelenggarakan Diskusi Panel bertajuk "Membangun paradigma menjadi 'school of business' pada universitas”, Jumat (29/7) di Aula Gedung C Universitas Djuanda.
Ketua pelaksana Diskusi Panel, Dr. Deny Hernawan menjelaskan, latarbelakang penyelenggaraan diskusi ini ialah tahap awal membangun universitas yang mampu mandiri secara finansial. “Kami ingin memberikan sumbangsih terhadap bagaimana membangun konsep school of business yang sudah diterapkan oleh beberapa universitas lain," ujarnya. Deny menambahkan, saat ini universitas seharusnya tidak hanya menjadi tempat pendidikan dan riset tapi juga sarana berbisnis yang sesuai dengan etika bisnis yang baik.
Diskusi panel ini menghadirkan 3 pembicara ahli yaitu, Ahli Manajemen Perguruan Tinggi, Prof. Dr. H. Sofyan Sjafri harahap, Direktur Bank Syariah IBI, Dr. H. Mohammad Arie Mooduto,S.E., M.BA, Praktisi dan Konsultan Bisnis, Darwin Noor,S.H., M.M, serta keynote speaker Rektor Universitas Djuanda, Dr. H. Martien Roestamy,S.H M.H.
Dr. H. Sofyan Sjafri memaparkan, lembaga pendidikan di Indonesia memiliki beberapa permasalahan diantaranya, kekurangan dana yang hanya terpusat dari iuran mahasiswa, dana penelitian yang rendah, fasilitas pendidikan yang minim, serta rendahnya dukungan pemerintah terutama pada lembaga pendidikan swasta. Oleh karena itu, perlu bagi lembaga pendidikan seperti universitas mencari solusi pendanaannya sendiri. Pendanaan itu bisa berbentuk lembaga konsultasi, lembaga penelitian, ataupun jasa. Namun yang terpenting lanjutnya, konsep pendanaan tersebut mesti berjalan dalam kerangka ekonomi syariah. Hal ini karena ketahanan sistem ekonomi syariah lebih baik dibanding sistem ekonomi konvensional. “Konsep ekonomi syariah itu adalah konsep Allah. Konsep tauhid yang akan sustain, artinya mampu terus menerus hidup,” ujarnya. Ia menambahkan universitas perlu menjadi ikubator – inkubator lahirnya wirausaha masa depan. Diantaranya melalui program pelatihan pendanaan proyek yang bisa memberikan keuntungan berupa obligasi keuangan. “Sudah ribuan dollar obligasi yang UK keluarkan bagi proyek – proyek tersebut,” pungkasnya.
Sementara itu, Dr. H. Mohammad Arie Mooduto menekankan, hal terpenting dalam penerapan konsep school of business bagi universitas adalah paradigma tentang pendidikan itu sendiri. Pendidikan menurutnya adalah jalan manusia untuk berakidah, berperadaban, serta berilmu. Dan bukan jalan untuk mencari uang. Ia justru mengkhawatirkan apabila konsep school of business tidak didasarkan pada niat yang baik. Universitas hanya akan menjadi “ATM” untuk mengeruk keuntungan bagi segelintir pihak. “Tujuan hidup kita ridho Allah itu modal dasar menjadikan unida school of business. Apabila ini dilaksanakan Insyaalah Unida akan menjadi kiblat perguruan - perguruan tinggi,” tukasnya.
Diskusi panel ini berlangsung dari pukul sembilan pagi hingga 11.30 siang menjelang shalat jumat. Salah seorang peserta diskusi, Syafridhan Fikri lubis berpendapat, terlepas dari apapun bentuk konsep bisnis yang diterapkan di suatu universitas, hal terpenting konsep itu berjalan di atas koridor bisnis yang Islami. Dia mengatakan jangan sampai konsep bisnis yang awalnya bertujuan menjadikan universitas mandiri secara financial justru berubah menjadi kapitalisme yang menjerat mahasiswa. “Apabila konsep yang sebagus ini disalahgunakan atau disalahartikan maka akan berakhir berantakan. Kita usahanya harus mengharapkan ridho ilahi,” tutup Fikri yang juga Presiden Mahasiswa Unida.
waduuuhh kapan belajarnya kalo pihak akademis berbisnis...